KONSEP KEIMANAN DAN KETAQWAAN
( TUGAS MATA KULIAH AGAMA ISLAM)
DOSEN PENGAJAR :
HADIAWATI, S.Ag
NAMA KELOMPOK :
NURUL HUSNA
HERNI NOVITA
NORRINA APRIDA ULFAH
HAYATI MAGHFIRAH
TIARA DESKA ATDHINI
UNIVERSITAS NEGERI LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2012
A.
Pengertian
Iman
Banyak orang mengenal iman dengan arti percaya. Iman harus kita yakini
dalam hati,ucapan dan perilaku perbuatan. Wujud iman dibagi 2:
- Wujud Iman Haq –> isi hati,ucapan,perilaku perbuatan yg sesuai dengan ajaran Allah (Al-Quran dan Sunnah Rasul)
- Wujud Iman Bathil –> isi hati,ucapan,perilaku perbuatan yg tidak sesuai dengan ajaran Allah.
Kondisi & fungsi iman kepada Allah bagai pohon yg besar yaitu berdiri
tegak dan kuat serta tidak terpengaruh dengan situasi/tidak plin-plan,menjadi
tempat berteduh serta memberikan perlindungan kepada sesama manusia yg
membutuhkan,buahnya bisa dinikmati oleh orang lain dan perilakunya selalu
menyenangkan serta bermanfaat hidupnya bagi sesama manusia.
B. Wujud Keimanan
Adapun wujud dari orang yang mengaplikasikan perilaku
yang mencerminkan keimanan dalam kehidupan sehari- hari, yakni sebagai berikut
:
(a)
Enggan bergaul, kecuali dengan orang yang dapat
memperbaiki agamanya, mengendalikan syahwatnya, dan juga mengendalikan lisannya
(b)
Jika memperoleh dunia yang besar, maka itu akan ia
anggap sebagai ujian dan beban.
(c)
Jika ia memperoleh tambahan ilmu agama walaupun hanya
sedikit, ia akan merasa sangat bersyukur.
(d)
Tidak mengsi perutnya secara berlebihan, karena ia
merasa takut jika apa yang ia konsumsi terdapat barang yang haram.
(e)
Memandang semua orang baik, sedangkan memandang
terhadap dirinya sebagai orang yang berlumur dosa.
C. Proses Terbentuknya Iman
Ali
bin Abu Talib RA berkata: “Seorang alim dan bijaksana adalah orang yang tidak
membuat murid-muridnya berputus asa dari rahmat Allah dan tidak pula membuat
mereka merasa aman dari pembalasan Allah.”
Kita
semua adalah guru yang menuntun dan membimbing hati kita sendiri supaya ia
menjadi hidup dan selamat. Istilah di dalam Al-Quran menyebut hati ini sebagai
‘qalbun salim’. Untuk itu kita memerlukan dua tonggak keimanan untuk mendapat
keseimbangan dalam kehidupan. Umpama seekor burung dengan dua sayapnya, jika
yang satu patah maka ia tidak boleh terbang dengan sempurna. Sifat takut dan
harap kepada Allah SWT menjadi suatu kemestian yang wajib dimiliki oleh orang
yang beriman. Jika jalan menuju Allah SWT itu jauh terbentang di hadapan kita,
maka di sisi jalan itu terdapat terminal-terminal untuk kita mengambil bekalan.
Maka di antara terminal-terminal itu ada dua terminal yang mesti disinggahi dan
tanpanya kita tidak akan sampai kepada Allah Taala. Ia adalah sifat takut
(khawf) dan harap (raja’)kepada Allah SWT.
Manusia
memerlukan ilmu untuk menumbuhkan rasa takut kepada Allah Taala. Proses belajar
dan mengkaji tidak boleh berhenti, demi mendapatkan keyakinan dalam hati bahawa
hanya Allah SWT sahaja yang berhak ditakuti. Rasulullah SAW pada suatu pagi
selepas menunaikan sembahyang subuh bersama para sahabat, baginda SAW memulakan
proses mengajar dan mentarbiyah mereka dengan nasihat-nasihat yang begitu
menyentuh jiwa. Sehingga seorang sahabat berkata: “Ya Rasulullah seakan-akan
ini adalah wasiat terakhir darimu.” Maka baginda SAW bersabda yang bermaksud:
“Seandainya kamu semua memahami sepertimana aku memahami, sudah tentu kamu
lebih banyak menangis dan sedikit tertawa dan kalian akan keluar menuju ke padang
pasir sambil berseru meminta tolong kepada Allah. Mintalah kepada-Ku, mintalah
kepada-Ku!” (Hadis riwayat al-Tirmizi). Mereka menutupi wajah seraya menangis
mendengar sabda Rasulullah SAW itu.
Mungkin
kita telah memiliki rasa takut kepada Allah SWT hari ini tetapi bolehkah kita
menjamin ia berkekalan hingga kita menghadap-Nya? Jiwa manusia yang sentiasa
berubah mengikut arus menyebabkan ia hilang rasa sensitiviti ketakutan yang
sebenar. Antara punca manusia hilang rasa takut kepada Allah SWT ialah: Menganggap
remeh terhadap dosa dan maksiat, lalai dengan dunia yang mempesona jiwa akibat
terpengaruh oleh pergaulan bebas dan hatinya yang sememangnya bebal.
Manakala
tanda bagi mereka yang takut kepada Allah SWT menurut Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah ialah: “Orang yang takut pasti bersegera mengerjakan kebaikan sebelum
maut menjemput dan sentiasa mengisi waktunya dengan kebaikan dan ketaatan.”
Bagaimanakah menumbuhkan rasa takut kepada Allah?
1. Menguasai dengan sepenuh jiwa kalam Allah dan sabda Rasul-Nya.
Proses mentarbiyah diri sendiri harus berjalan sepanjang masa hingga ajal menjemput kita. Hanya ilmu yang hidup di dada membuahkan rasa takut kepada Allah SWT. Sumber segala ilmu adalah Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Membaca dan merenungi keduanya membuat hati menjadi lembut dan rela ditunduk. Ibnu al-Jauzi pernah berkata: “Demi Allah, seandainya seorang mukmin yang berakal membaca surah al-Hadid, penghujung surah al-Hasyr, Ayatul Kursi dan surah al-Ikhlas nescaya kalbunya terpecah kerana takut kepada Allah dan tersentak kerana kebesaran dan kekuasaan Tuhannya.” Bagaimana mungkin orang-orang yang menghindari nasihat para ulama dan benci kepada majlis-majlis ilmu memiliki rasa takut (khasyah). Jiwa tanpa agama adalah umpama seorang yang telah tercabut roh dari jasadnya. Dia hidup tetapi mati. Maha Benar Allah dengan firman-Nya yang bermaksud: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya ialah mereka yang berilmu (ulama).” (Surah Al-Fathir: Ayat 28)
1. Menguasai dengan sepenuh jiwa kalam Allah dan sabda Rasul-Nya.
Proses mentarbiyah diri sendiri harus berjalan sepanjang masa hingga ajal menjemput kita. Hanya ilmu yang hidup di dada membuahkan rasa takut kepada Allah SWT. Sumber segala ilmu adalah Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Membaca dan merenungi keduanya membuat hati menjadi lembut dan rela ditunduk. Ibnu al-Jauzi pernah berkata: “Demi Allah, seandainya seorang mukmin yang berakal membaca surah al-Hadid, penghujung surah al-Hasyr, Ayatul Kursi dan surah al-Ikhlas nescaya kalbunya terpecah kerana takut kepada Allah dan tersentak kerana kebesaran dan kekuasaan Tuhannya.” Bagaimana mungkin orang-orang yang menghindari nasihat para ulama dan benci kepada majlis-majlis ilmu memiliki rasa takut (khasyah). Jiwa tanpa agama adalah umpama seorang yang telah tercabut roh dari jasadnya. Dia hidup tetapi mati. Maha Benar Allah dengan firman-Nya yang bermaksud: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya ialah mereka yang berilmu (ulama).” (Surah Al-Fathir: Ayat 28)
Di
dalam hal kecintaan, ketundukan dan ketakutan kepada Allah SWT, kita disuruh
menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh dan teladan. Baginda bersabda yang
bermaksud: “Aku adalah orang yang paling mengetahui di antara kamu tentang
Allah dan aku adalah orang yang paling takut kepada-Nya.” (Hadis Riwayat
al-Bukhari dan Muslim)
2.
Membandingkan diri kita dengan orang yang telah diselamatkan oleh Allah SWT.
Apakah amal saleh kita sama banyak dengan mereka? Ataukah jauh ketinggalan berbanding mereka? Tapi sayang, bukan semua orang boleh selamat. Tidak semua orang menjadi pilihan Allah SWT. Adakah kita layak menjadi salah satu dari mereka? Berapa ramai orang yang beramal tertolak segala amalnya dan orang yang berilmu tertipu oleh kedudukan dan ilmunya? Hanya yang Allah SWT kehendaki sahaja yang terselamat daripada siksaan. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Dan jika Kami menghendaki, nescaya kami beri tiap-tiap jiwa petunjuk (baginya). Akan tetapi telah benar ketetapan dari-Ku: Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia.” (Surah Al-Sajadah ayat: 13)
Apakah amal saleh kita sama banyak dengan mereka? Ataukah jauh ketinggalan berbanding mereka? Tapi sayang, bukan semua orang boleh selamat. Tidak semua orang menjadi pilihan Allah SWT. Adakah kita layak menjadi salah satu dari mereka? Berapa ramai orang yang beramal tertolak segala amalnya dan orang yang berilmu tertipu oleh kedudukan dan ilmunya? Hanya yang Allah SWT kehendaki sahaja yang terselamat daripada siksaan. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Dan jika Kami menghendaki, nescaya kami beri tiap-tiap jiwa petunjuk (baginya). Akan tetapi telah benar ketetapan dari-Ku: Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia.” (Surah Al-Sajadah ayat: 13)
3.
Memikirkan nasib diri ketika mati, hari kebangkitan dan hari penghisaban.
Orang yang telah sebati jiwa dan raganya dengan kehidupan dan kenikmatan dunia mudah terlupa bahawa satu masa nanti semua itu akan dipisahkan darinya. Kenikmatan itu lenyap sekelip mata dan menjelmalah ruang dan waktu yang asing dan menyiksakan. Di kalangan manusia ada yang menunggu hari perjumpaan dengan Allah Taala dan berharap diterima dengan reda. Dalam pada itu ramai juga yang benci mengingati mati. Jangankan hendak bersedia menghadapi detik-detik Sakaratul Maut, saat Allah Taala sembuhkan dirinya dari sakit suatu masa dahulu pun sudah tak sudi diingat lagi. Semasa susah Allah tempatnya mengadu, ketika senang lupa akan pertolongan-Nya. Begitu hebatnya ujian dunia mengaburi mata hati manusia.
Orang yang telah sebati jiwa dan raganya dengan kehidupan dan kenikmatan dunia mudah terlupa bahawa satu masa nanti semua itu akan dipisahkan darinya. Kenikmatan itu lenyap sekelip mata dan menjelmalah ruang dan waktu yang asing dan menyiksakan. Di kalangan manusia ada yang menunggu hari perjumpaan dengan Allah Taala dan berharap diterima dengan reda. Dalam pada itu ramai juga yang benci mengingati mati. Jangankan hendak bersedia menghadapi detik-detik Sakaratul Maut, saat Allah Taala sembuhkan dirinya dari sakit suatu masa dahulu pun sudah tak sudi diingat lagi. Semasa susah Allah tempatnya mengadu, ketika senang lupa akan pertolongan-Nya. Begitu hebatnya ujian dunia mengaburi mata hati manusia.
Dalam
hadis qudsi Allah Taala berfirman yang bermaksud: “Demi keagungan dan
kebesaran-Ku, Aku tidak akan menghimpun dalam diri seorang hamba dua rasa takut
dan dua rasa aman. Apabila dia takut kepada-Ku di dunia nescaya Aku akan
memberikan keamanan kepadanya di hari kiamat, dan apabila dia merasa aman (dari
siksa-Ku) di dunia, nescaya Aku akan membuatnya takut pada hari kiamat.” (Hadis
riwayat Ibnu Hibban).
D.
Tanda – Tanda Orang Beriman
Membahas
tentang keimanan, tentu saja memiliki kaitan erat dengan rukun iman yang
memiliki 6 point utama yang wajib bagi kita semua untuk meyakininya. Sering
kali jika seseorang ditanya apaka ia beriman? Tentu saja ia akan menjawab bahwa
ia beriman. Akan tetapi belum tentu hal itu sepenuhnya benar, karena
sesungguhnya yang paling tau beriman adalah Allah SWT. karena hanya Ia
satu-satunya zat maha sempurna yang bisa mengetahui apa yang tersembunyi, yakni
isi hati manusia.
allah telah memberikan kita
peringatan yang sangat jelas dan juga menakutkan, karena lawan dari orang yang
beriman adalah orang kafir. Bahkan golongan yang paling dibenci Allah SWT
adalah golongan orang- orang munafik. Kelompok orang munafik adalah golongan
yang hanya berpura- pura menunjukkan bahwa ia beriman kepada Allah SWT, namun
di hatinya sama sekali tidak ada keyakinan terhadap keimanan tersebut.
Sebagaimana firman Allah SWT
tentang golongan munafik yang artinya : “diantara mannusia ada yang mengatakan
:”Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya
bukan orang- orang yang beriman.”
Dari kutipan ayat al Qur’an tersebut
menunjukkan bahwasanya Allah SWT maha mengetahui segala hal yang tersembunyi,
sekalipun itu isi hati seseorang. Adapun tanda- tanda yang menunjukkan bahwa
seseorang beriman kepada Allah SWT yakni sebagai berikut :
(a)
Sangat mencintai Allah SWT
Ketahuilah
bahwa jika kita sudah mencintai pastinya akan sangat cekatan dan aktif dalam
perbuatan sebagaii pengaplikasian dari rasa cintanya.Sebagaimana firman Allah
SWT di dalam al Qur’an surah al Baqarah ayat 165 yang artinya :“dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah ;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang- orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah, dan jika seandainya orang-
orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah amat berat siksaan- Nya (niscaya mereka menyesal).
(b)
Menjadi kader perjuangan Islam
Lihatlah
dalil al Qur’an berikut yakni surah Al Anfaal ayat 64-65 yang artinya : (64)”
maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan orang- orang yang
bersamanya dalam dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang
mendustakan ayat- ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata
hatinya).”
(65)
“ dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali- kali tidak ada Tuhan bagimu selain
dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya ?.”
(c)
Selalu komitmen dalam syahadatnya.
Sebagaimana
yang dijelaskan Allah SWT dalam firmannya yang terdapat pada surah Al- Fath
ayat 18 yang artinya :” sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang- orang
mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah
mengetahui apa yang adadalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepda mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”
(d)
Tiap pekerjaan yang dilakukan selalu
didasari dengan ilmu
Yang
telah Allah terangkan dalam firmannya surah Al- Isar’ ayat 36 yang artinya :”
dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya.
(e)
Menaati aturan
(f)
Hidup berjamaah
(g)
Senatiasa bersyukur kepada Allah SWT
E. Pengertian Taqwa
Menurut penelitian al- Muqaddasi (Beirut,1323), di
dalam al Quran terdapat 256 kata taqwa dan 251 pada ayat yang memiliki hubungan
dan keterkaitan makna. Awal kata taqwa yakni “w.q.y” yang memiliki arti antara
lain : takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban.
Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah
berdasarkan kesadaran : mengerjakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya,
dan takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
F. Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan
Korelasi
memiliki arti yakni “hubungan”. Antara keimanan dan ketaqwaan memiliki korelasi
yang begitu erat dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertaqwa adalah
orang yang beriman dengan pandangan dan sikap hidup yang senantiasa
melaksanakan apa yang telah Allah tetapkan. Dan juga menjauhkan diri dari
segala perbuatan yang Allah larang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar