Sabtu, 13 Oktober 2012

Konsep Keimanan dan Ketaqwaan


KONSEP KEIMANAN DAN KETAQWAAN
( TUGAS MATA KULIAH  AGAMA ISLAM)


DOSEN PENGAJAR :
HADIAWATI, S.Ag
 





NAMA KELOMPOK :
NURUL HUSNA
HERNI NOVITA
NORRINA APRIDA ULFAH
HAYATI MAGHFIRAH
TIARA DESKA ATDHINI



UNIVERSITAS NEGERI LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2012
A.    Pengertian Iman
Banyak orang mengenal iman dengan arti percaya. Iman harus kita yakini dalam hati,ucapan dan perilaku perbuatan. Wujud iman dibagi 2:
  1. Wujud Iman Haq –> isi hati,ucapan,perilaku perbuatan yg sesuai dengan ajaran Allah  (Al-Quran dan Sunnah Rasul)
  2. Wujud Iman Bathil –> isi hati,ucapan,perilaku perbuatan yg tidak sesuai dengan ajaran Allah.
Kondisi & fungsi iman kepada Allah bagai pohon yg besar yaitu berdiri tegak dan kuat serta tidak terpengaruh dengan situasi/tidak plin-plan,menjadi tempat berteduh serta memberikan perlindungan kepada sesama manusia yg membutuhkan,buahnya bisa dinikmati oleh orang lain dan perilakunya selalu menyenangkan serta bermanfaat hidupnya bagi sesama manusia.
B.    Wujud Keimanan

Adapun wujud dari orang yang mengaplikasikan perilaku yang mencerminkan keimanan dalam kehidupan sehari- hari, yakni sebagai berikut :
(a)            Enggan bergaul, kecuali dengan orang yang dapat memperbaiki agamanya, mengendalikan syahwatnya, dan juga mengendalikan lisannya
(b)            Jika memperoleh dunia yang besar, maka itu akan ia anggap sebagai ujian dan beban.
(c)            Jika ia memperoleh tambahan ilmu agama walaupun hanya sedikit, ia akan merasa sangat bersyukur.
(d)            Tidak mengsi perutnya secara berlebihan, karena ia merasa takut jika apa yang ia konsumsi terdapat barang yang haram.
(e)            Memandang semua orang baik, sedangkan memandang terhadap dirinya sebagai orang yang berlumur dosa.

C.    Proses Terbentuknya Iman
Ali bin Abu Talib RA berkata: “Seorang alim dan bijaksana adalah orang yang tidak membuat murid-muridnya berputus asa dari rahmat Allah dan tidak pula membuat mereka merasa aman dari pembalasan Allah.”
Kita semua adalah guru yang menuntun dan membimbing hati kita sendiri supaya ia menjadi hidup dan selamat. Istilah di dalam Al-Quran menyebut hati ini sebagai ‘qalbun salim’. Untuk itu kita memerlukan dua tonggak keimanan untuk mendapat keseimbangan dalam kehidupan. Umpama seekor burung dengan dua sayapnya, jika yang satu patah maka ia tidak boleh terbang dengan sempurna. Sifat takut dan harap kepada Allah SWT menjadi suatu kemestian yang wajib dimiliki oleh orang yang beriman. Jika jalan menuju Allah SWT itu jauh terbentang di hadapan kita, maka di sisi jalan itu terdapat terminal-terminal untuk kita mengambil bekalan. Maka di antara terminal-terminal itu ada dua terminal yang mesti disinggahi dan tanpanya kita tidak akan sampai kepada Allah Taala. Ia adalah sifat takut (khawf) dan harap (raja’)kepada Allah SWT.




Manusia memerlukan ilmu untuk menumbuhkan rasa takut kepada Allah Taala. Proses belajar dan mengkaji tidak boleh berhenti, demi mendapatkan keyakinan dalam hati bahawa hanya Allah SWT sahaja yang berhak ditakuti. Rasulullah SAW pada suatu pagi selepas menunaikan sembahyang subuh bersama para sahabat, baginda SAW memulakan proses mengajar dan mentarbiyah mereka dengan nasihat-nasihat yang begitu menyentuh jiwa. Sehingga seorang sahabat berkata: “Ya Rasulullah seakan-akan ini adalah wasiat terakhir darimu.” Maka baginda SAW bersabda yang bermaksud: “Seandainya kamu semua memahami sepertimana aku memahami, sudah tentu kamu lebih banyak menangis dan sedikit tertawa dan kalian akan keluar menuju ke padang pasir sambil berseru meminta tolong kepada Allah. Mintalah kepada-Ku, mintalah kepada-Ku!” (Hadis riwayat al-Tirmizi). Mereka menutupi wajah seraya menangis mendengar sabda Rasulullah SAW itu.
Mungkin kita telah memiliki rasa takut kepada Allah SWT hari ini tetapi bolehkah kita menjamin ia berkekalan hingga kita menghadap-Nya? Jiwa manusia yang sentiasa berubah mengikut arus menyebabkan ia hilang rasa sensitiviti ketakutan yang sebenar. Antara punca manusia hilang rasa takut kepada Allah SWT ialah: Menganggap remeh terhadap dosa dan maksiat, lalai dengan dunia yang mempesona jiwa akibat terpengaruh oleh pergaulan bebas dan hatinya yang sememangnya bebal.
Manakala tanda bagi mereka yang takut kepada Allah SWT menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ialah: “Orang yang takut pasti bersegera mengerjakan kebaikan sebelum maut menjemput dan sentiasa mengisi waktunya dengan kebaikan dan ketaatan.”

Bagaimanakah menumbuhkan rasa takut kepada Allah?

1. Menguasai dengan sepenuh jiwa kalam Allah dan sabda Rasul-Nya.

Proses mentarbiyah diri sendiri harus berjalan sepanjang masa hingga ajal menjemput kita. Hanya ilmu yang hidup di dada membuahkan rasa takut kepada Allah SWT. Sumber segala ilmu adalah Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Membaca dan merenungi keduanya membuat hati menjadi lembut dan rela ditunduk. Ibnu al-Jauzi pernah berkata: “Demi Allah, seandainya seorang mukmin yang berakal membaca surah al-Hadid, penghujung surah al-Hasyr, Ayatul Kursi dan surah al-Ikhlas nescaya kalbunya terpecah kerana takut kepada Allah dan tersentak kerana kebesaran dan kekuasaan Tuhannya.” Bagaimana mungkin orang-orang yang menghindari nasihat para ulama dan benci kepada majlis-majlis ilmu memiliki rasa takut (khasyah). Jiwa tanpa agama adalah umpama seorang yang telah tercabut roh dari jasadnya. Dia hidup tetapi mati. Maha Benar Allah dengan firman-Nya yang bermaksud: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya ialah mereka yang berilmu (ulama).” (Surah Al-Fathir: Ayat 28)
Di dalam hal kecintaan, ketundukan dan ketakutan kepada Allah SWT, kita disuruh menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh dan teladan. Baginda bersabda yang bermaksud: “Aku adalah orang yang paling mengetahui di antara kamu tentang Allah dan aku adalah orang yang paling takut kepada-Nya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
2. Membandingkan diri kita dengan orang yang telah diselamatkan oleh Allah SWT.
Apakah amal saleh kita sama banyak dengan mereka? Ataukah jauh ketinggalan berbanding mereka? Tapi sayang, bukan semua orang boleh selamat. Tidak semua orang menjadi pilihan Allah SWT. Adakah kita layak menjadi salah satu dari mereka? Berapa ramai orang yang beramal tertolak segala amalnya dan orang yang berilmu tertipu oleh kedudukan dan ilmunya? Hanya yang Allah SWT kehendaki sahaja yang terselamat daripada siksaan. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Dan jika Kami menghendaki, nescaya kami beri tiap-tiap jiwa petunjuk (baginya). Akan tetapi telah benar ketetapan dari-Ku: Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia.” (Surah Al-Sajadah ayat: 13)
3. Memikirkan nasib diri ketika mati, hari kebangkitan dan hari penghisaban.
Orang yang telah sebati jiwa dan raganya dengan kehidupan dan kenikmatan dunia mudah terlupa bahawa satu masa nanti semua itu akan dipisahkan darinya. Kenikmatan itu lenyap sekelip mata dan menjelmalah ruang dan waktu yang asing dan menyiksakan. Di kalangan manusia ada yang menunggu hari perjumpaan dengan Allah Taala dan berharap diterima dengan reda. Dalam pada itu ramai juga yang benci mengingati mati. Jangankan hendak bersedia menghadapi detik-detik Sakaratul Maut, saat Allah Taala sembuhkan dirinya dari sakit suatu masa dahulu pun sudah tak sudi diingat lagi. Semasa susah Allah tempatnya mengadu, ketika senang lupa akan pertolongan-Nya. Begitu hebatnya ujian dunia mengaburi mata hati manusia.
Dalam hadis qudsi Allah Taala berfirman yang bermaksud: “Demi keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tidak akan menghimpun dalam diri seorang hamba dua rasa takut dan dua rasa aman. Apabila dia takut kepada-Ku di dunia nescaya Aku akan memberikan keamanan kepadanya di hari kiamat, dan apabila dia merasa aman (dari siksa-Ku) di dunia, nescaya Aku akan membuatnya takut pada hari kiamat.” (Hadis riwayat Ibnu Hibban).

D.    Tanda – Tanda Orang Beriman

Membahas tentang keimanan, tentu saja memiliki kaitan erat dengan rukun iman yang memiliki 6 point utama yang wajib bagi kita semua untuk meyakininya. Sering kali jika seseorang ditanya apaka ia beriman? Tentu saja ia akan menjawab bahwa ia beriman. Akan tetapi belum tentu hal itu sepenuhnya benar, karena sesungguhnya yang paling tau beriman adalah Allah SWT. karena hanya Ia satu-satunya zat maha sempurna yang bisa mengetahui apa yang tersembunyi, yakni isi hati manusia.
          allah telah memberikan kita peringatan yang sangat jelas dan juga menakutkan, karena lawan dari orang yang beriman adalah orang kafir. Bahkan golongan yang paling dibenci Allah SWT adalah golongan orang- orang munafik. Kelompok orang munafik adalah golongan yang hanya berpura- pura menunjukkan bahwa ia beriman kepada Allah SWT, namun di hatinya sama sekali tidak ada keyakinan terhadap keimanan tersebut.

            Sebagaimana firman Allah SWT tentang golongan munafik yang artinya : “diantara mannusia ada yang mengatakan :”Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang- orang yang beriman.”
            Dari kutipan ayat al Qur’an tersebut menunjukkan bahwasanya Allah SWT maha mengetahui segala hal yang tersembunyi, sekalipun itu isi hati seseorang. Adapun tanda- tanda yang menunjukkan bahwa seseorang beriman kepada Allah SWT yakni sebagai berikut :
(a)     Sangat mencintai Allah SWT
Ketahuilah bahwa jika kita sudah mencintai pastinya akan sangat cekatan dan aktif dalam perbuatan sebagaii pengaplikasian dari rasa cintanya.Sebagaimana firman Allah SWT di dalam al Qur’an surah al Baqarah ayat 165 yang artinya :“dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang- orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah, dan jika seandainya orang- orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa  (pada  hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan- Nya (niscaya mereka menyesal).
(b)     Menjadi kader perjuangan Islam
Lihatlah dalil al Qur’an berikut yakni surah Al Anfaal ayat 64-65 yang artinya : (64)” maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan orang- orang yang bersamanya dalam dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat- ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).”
(65) “ dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali- kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya ?.”


(c)     Selalu komitmen  dalam syahadatnya.
Sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam firmannya yang terdapat pada surah Al- Fath ayat 18 yang artinya :” sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang- orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang adadalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan  atas mereka dan memberi balasan kepda mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”
(d)     Tiap pekerjaan yang dilakukan selalu didasari dengan ilmu
Yang telah Allah terangkan dalam firmannya surah Al- Isar’ ayat 36 yang artinya :” dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.
(e)     Menaati aturan
(f)      Hidup berjamaah
(g)     Senatiasa bersyukur kepada Allah SWT
E.    Pengertian Taqwa
Menurut penelitian al- Muqaddasi (Beirut,1323), di dalam al Quran terdapat 256 kata taqwa dan 251 pada ayat yang memiliki hubungan dan keterkaitan makna. Awal kata taqwa yakni “w.q.y” yang memiliki arti antara lain : takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran : mengerjakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, dan takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa.

F.    Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan
                                    Korelasi memiliki arti yakni “hubungan”. Antara keimanan dan ketaqwaan memiliki korelasi yang begitu erat dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman dengan pandangan dan sikap hidup yang senantiasa melaksanakan apa yang telah Allah tetapkan. Dan juga menjauhkan diri dari segala perbuatan yang Allah larang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar